Bahasa
yang benar adalah bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun
bahasa baku lisan.
Ciri – ciri ragam bahasa baku :
1.Penggunaan kaidah
tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan
bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget;
uang dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam
bahasa Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus
mengikuti aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku
adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa
daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta
/kalau/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan
bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan
komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
Bahasa bukan sekedar alat
komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar
berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.
Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?
Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?
Penggunaan bahasa dengan baik
menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus
memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita
akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama,
status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak
boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita
berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda.
Penggunaan
bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah
tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai
jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada
orang dewasa. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka
unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media
penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau
pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan
menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia
menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah
gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.Pengirim pesan dapat berupa
penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi
pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan.
Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis
itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu
disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam
pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan
kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.
Bahasa yang benar berkaitan
dengan aspek kaidah, yakni peraturan bahasa. Berkaitan dengan peraturan bahasa,
ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata,
tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan pilihan kata, harus
dimiliki dalam penggunaan bahasa lisan dan tulis. Pengetahuan atas tanda baca
dan ejaan harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis. Tanpa pengetahuan tata
bahasa yang memadai, kita akan mengalami kesulitan dalam bermain dengan bahasa.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek tata bunyi (fonologi), tata bahasa (kata dan kalimat), kosa kata (termasuk istilah), ejaan, dan makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah ini meliputi aspek tata bunyi (fonologi), tata bahasa (kata dan kalimat), kosa kata (termasuk istilah), ejaan, dan makna. Pada aspek tata bunyi, misalnya kita telah menerima bunyi f, v dan z. Oleh karena itu, kata-kata yang benar adalah fajar, motif, aktif, variabel, vitamin, devaluasi, zakat, izin, bukan pajar, motip, aktip, pariabel, pitamin, depaluasi, jakat, ijin. Masalah lafal juga termasuk aspek tata bumi. Pelafalan yang benar adalah kompleks, transmigrasi, ekspor, bukan komplek, tranmigrasi, ekspot.
Pada aspek tata bahasa, mengenai bentuk kata misalnya, bentuk yang benar adalah ubah, mencari, terdesak, mengebut, tegakkan, dan pertanggungjawaban, bukan obah, robah, rubah, nyari, kedesak, ngebut, tegakan dan pertanggung jawaban. Dari segi kalimat pernyataan di bawah ini tidak benar karena tidak mengandung subjek. Kalimat mandiri harus mempunyai subjek, predikat atau dan objek.
Pada aspek kosa kata,
kata-kata seperti bilang, kasih, entar dan udah lebih baik diganti dengan
berkata/mengatakan, memberi, sebentar, dan sudah dalam penggunaan bahasa yang
benar. Dalam hubungannya dengan peristilahan, istilah dampak (impact), bandar
udara, keluaran (output), dan pajak tanah (land tax) dipilih sebagai istilah
yang benar daripada istilah pengaruh, pelabuhan udara, hasil, dan pajak bumi.
Dari segi ejaan, penulisan yang benar adalah analisis, sistem, objek, jadwal,
kualitas, dan hierarki. Dari segi maknanya, penggunaan bahasa yang benar
bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai dengan tuntutan makna.
Misalnya dalam bahasa ilmu tidak tepat jika digunakan kata yang sifatnya
konotatif (kiasan). Jadi penggunaan bahasa yang benar adalah penggunaan bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat (Dendy Sugondo, 1999 : 21)..
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar (Alwi dkk., 1998: 21)
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau pembaca (jika tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita. Penggunaan bahasa yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosa kata, istilah, dan ejaan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat yang efektif, yaitu kalimat-kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat (Dendy Sugondo, 1999 : 21)..
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak selalu hanus merupakan bahasa standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak selalu berarti bahwa bahasa itu baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar (Alwi dkk., 1998: 21)
Dalam paradigma
profesionalisme sekarang ini, ada tidaknya nilai informative dalam jaring
komunikasi ternyata berbanding lurus dengan cakap tidaknya kita menulis. karena, selain harus
bisa menerima, kita juga harus mampu memberi. Inilah efek jurnalisme yang kini
sudah menyesaki hidup kita. Oleh karena itu, kita pun dituntut dalam hal
tulis-menulis demi penyebaran informasi. Namun persoalannya, apakah kita peduli
terhadap laras tulis bahasa kita. Sementara itu, yakinilah, tabiat dan tutur
kata seseorang menunjukkan asal-usulnya, atau dalam penegasan lain, bahasa yang
kacau mencerminkan kekacauan pola pikir pemakainya. Buku ini memperkenalkan
langkah-langkah pragmatic yang Anda perlukan agar tulisan Anda bisa tampil
baik, benar dan mudah dibaca serta membuat tulisan anda dapat dipahami oleh para pembaca.
No comments:
Post a Comment