Tuesday, March 18, 2014

Metode ilmiah dalam menjawab pertanyaan ilmiah



Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

 
Berikut ini pengertian lain dari metode ilmiah menurut beberapa sumber:
- prinsip dan prosedur untuk mengejar sistematis pengetahuan yang melibatkan pengakuan dan perumusan masalah, pengumpulan data melalui observasi dan eksperimen, dan perumusan dan pengujian hipotesis.

- Suatu pendekatan sistematis untuk memecahkan masalah dengan menemukan pengetahuan, menyelidiki fenomena, verifikasi dan mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya. Ini mengikuti serangkaian langkah-langkah yang mengevaluasi kebenaran atau kelayakan prediksi melalui penelitian dan percobaan dari mana informasi yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar dalam membuat kesimpulan.

- Prinsip-prinsip dan proses empiris penemuan dan demonstrasi dianggap karakteristik atau diperlukan untuk penyelidikan ilmiah, umumnya melibatkan pengamatan fenomena, perumusan hipotesis tentang fenomena, eksperimen untuk menunjukkan kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis, dan kesimpulan yang memvalidasi atau memodifikasi hipotesis.

Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur.

Observasi
Ini adalah langkah pertama dari metode ilmiah: observasi (pengamatan). Seorang ilmuwan yang baik akan selalu melakukan pengamatan terhadap gejala dan kejadian sehari-hari yang terjadi di sekitarnya.  Tentu saja gejala dan kejadian yang menarik perhatian peneliti itu adalah yang berhubungan dengan bidang kajiannya. Pengertian observasi di sini adalah luas. Bisa saja pengamatan itu adalah terhadap bacaan sumber pustaka yang sedang ada di hadapannya. Peneliti mengamati dan mempelajari laporan-laporan penelitian yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. 
Itu adalah fakta. Fakta seperti itu mungkin adalah hal yang biasa bagi orang biasa yang bukan peneliti. Tetapi fakta seperti itu bagi peneliti adalah sesuatu yang menarik dan menimbulkan keingintahuan. Peneliti ingin selalu mencari jawaban dari apa yang diamatinya.

Masalah atau Pertanyaan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, lalu peneliti mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan. 

Hipotesis
Seperti yang sering kita dengar bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diajukan. Tetapi jawaban sementara tentu tidak muncul begitu saja tanpa landasan yang jelas. Dalam mengajukan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan, peneliti menggunakan pengalaman pribadinya, pengetahuannya, dan hasil bacaannya. Di samping itu, jawaban sementara itu hendaknya bisa diuji kebenarannya. 

Prediksi dari sebuah Hipotesa
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas. Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau teori baru boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.

Percobaan/Eksperimen
Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedang diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat dari New York ke Paris dalam rangka menguji hipotesis aerodinamisme yang digunakan untuk membuat pesawat tersebut. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
Ilmuwan kemudian melakukan percobaan untuk menguji jawaban sementara yang diajukan. Apakah jawaban sementara itu bisa diterima atau tidak?

Evaluasi
Proses ilmiah merupakan suatu proses yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang ilmuwan mungkin saja mengulangi langkah yang lebih awal karena pertimbangan tertentu. Ketidakberhasilan untuk membentuk hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang subjek yang sedang dipelajari. Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam menghasilkan prediksi yang menarik dan teruji dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian. Ketidakberhasilan eksperimen dalam menghasilkan sesuatu yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang metode eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan lain memulai penelitian mereka sendiri dan memasuki proses tersebut pada tahap yang manapun. Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk hipotesis mereka sendiri, atau mengadopsi hipotesis yang telah dibuat dan mendeduksikan prediksi mereka sendiri. Sering kali eksperimen dalam proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi didasarkan pada eksperimen yang dilakukan oleh orang lain.

Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
https://sites.google.com/site/tulisanilmiah/metode-ilmiah
http://www.merriam-webster.com/dictionary/scientific%20method
http://www.biology-online.org/dictionary/Scientific_method
http://www.answers.com/topic/scientific-method

No comments:

Post a Comment